Ingin Jadi Populer? Mengakibatkan Ketergantungan Selfie Dikalangan Para Remaja
Selfie merupakan kegiatan berfoto ria yang dapat dilakukan di berbagai tempat mulai dari tempat wisata, sarana transportasi, tempat umum, hingga di rumah sendiri. Bagi sebagian orang, selfie sudah menjadi semacam kebutuhan tersendiri terutama bagi para remaja. Tak khayal setiap harinya bisa selfie sampai puluhan kali apalagi kalau bepergian setiap moment pasti akan diabadiakan oleh kamera ponselnya.Hal ini semakin dipertegas dengan sebuah studi di Amerika yang melibatkan sekitar 200 remaja, dari sebagian besar remaja yang terlibat dalam studi tersebut kebanyakan dari mereka bisa melakukan hingga lebih dari 100 kali setiap harinya. Sebuah fakta yang mengejutkan bukan? Mungkin jika di Indonesia para remaka hanya berselfie beberapa puluh kali setiap harinya dan tidak sampai mencapai angka ratusan seperti di Amerika, tetapi tak menutup kemungkinan untuk beberapa tahun ke depan dengan terus berkembangnya teknologi dan pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Tingginya minat penggunaan media sosial menjadi salah satu penyebab untuk melakukan selfie agar menarik perhatian teman-temannya di media sosial hingga tak mempedulikan apakah foto tersebut pantas untuk diupload atau tidak. Kebanyakan dari para remaja yang mengunggah foto-fotonya di media sosial yaitu ingin menjadi lebih populer dan menjadi pusat perhatian dari teman-temannya. Padahal banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh kepopuleran tersebut tanpa harus mengunggah foto-foto yang tidak bermanfaat dan justru bisa merugikan diri mereka sendiri.
Namun nasi sudah menjadi bubur, budaya selfie di kalangan remaja saat ini semakin menggila bahkan selepas bangun tidur sekalipun sudah melakukan selfie. Kecanduan selfie ini sebetulnya bisa diatasi jika orang tua turut mengawasi penggunaan gadget oleh para putra-putrinya, pengawasan orang tua yang secara tepat sangat diperlukan untuk mengawasi agar anak-anaknya tidak mengunggah, melihat atau terpengaruh budaya selfie yang semakin merajarela.
Di zaman digital seperti sekarang ini melakukan pengawasan secara penuh terhadap anak-anak memang cukup sulit terutama bagi orang tua yang tidak terlalu mengerti akan perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat sebagian besar orang tua semakin ketinggalan zaman hingga tidak mengetahui bagaimana pergaulan anak-anaknya, siapa saja temannya dan kemana biasanya mereka pergi. Oleh karena itu sebagai orang tua sebaiknya terus mengawasi pergaulan anak-anaknya jika walaupun sudah tak mampu untuk belajar dan mengikuti arus teknologi yang ada dapat mempercayakan anak-anaknya terhadap teman baiknya yang dapat selalu mengawasi pergaulannya baik dari dunia nyata maupun dunia maya.